Rabu, 05 September 2012

Kopi dan Mati Suri

semua begitu kelam. sekelam kopi hitam yang ditengguknya semalam.. kental, pahit, ampasnya menyesakkan dada. semua begitu sepi. layaknya sebuah kota mati sungguh ia ingin mati suri sampai tanggal 23 pagi ketika ia tidak lagi kenal kopi ketika terbangun ada orang di sisi sungguh ia ingin mati suri sampai tanggal 23 pagi

Waktu

Waktu, kau seperti tokoh antagonis dalam lakon drama.. Kau memisahkan yang bersatu, menghancurkan yg utuh, meniadakan yg ada, mengambil sesuatu yg disayang manusia.. Waktu.. Kau merebut kemudaan dan menggantinya dengan ketuaan.. Kau mengambil mereka yg datang sebelum rasa rindu hilang.. Kau rebut bahagia dan meninggalkan sedih setelahnya.. Kau ambil mereka yg dicinta,walau belum habis rasa cinta mereka.. Kau rebut kebersamaan dan menyisakan kesendirian.. Waktu.. Tidak bisakah kau sedikit baik pada manusia? Perlambatlah lajumu, biarkan mereka nikmati episode demi episode kehidupan mereka.. Ahhh waktu.. Tampaknya kau tidak bisa bekerja sama!

Bukan Lelah, Hanya Entah....

Bolehkah ia menggugat dunia hari ini? Karna ia kehilangan minat pada hidup pagi ini.. Mungkin karna lelah, Atau entah.. Mungkin karna semalam ia bermimpi terlalu indah, Atau entah.. Mungkin karna cita-citanya bertanya pada TUhan tidak kesampaian.. Atau mungkin tidak mendapat jawaban. Mungkin sederhana saja, karna ia bosan. Lantas ia bertanya-tanya, bolehkah ia bosan pada hidup? Orang-orang menghardik, katanya ia tidak cukup bersyukur. Pssstt...Ia bukan anak Tuhan, ia anak setan, mereka berbisik. Puih!..tau apa mereka tentang Tuhan? Tuhan mereka hanya selembar kertas kecil dilaminating,dengan no.penduduk dan foto 3x4.. Apapun alasannya, ia kehilangan minat pada hidup hari ini, Entah esok, Entah esoknya lagi, Entah esok esoknya lagi, Tapi jika ia kehilangan minat selama-lamanya, Maka ia berdoa pada Tuhan untuk mengambil saja hidupnya. Sia-sia Tuhan punya makhluk tak berguna seperti ia di dunia, begitu pikirnya.

Bahasa Rasa

aku bicara bukan dalam bahasa manusia.... aku bicara dalam bahasa rasa... tahukah kau, bahasa rasa itu dimengerti oleh hewan, tumbuhan,dan semua makhluk Tuhan lainnya... bahasa manusia terbatas oleh kata... kata tidak mengurai makna,tapi memenjaranya... bahasa manusia telah kehilangan keindahannya karena telah menjadi representasi untuk menggunjing,mencaci, mencela dan berdusta... namun bahasa rasa tercipta untuk memahami esensi dari setiap peristiwa... aku bicara dalam bahasa rasa... lewat media panca indera.. tak perlu mengumbar bahagia dan duka dalam kata,aku punya ribuan rasa yang dapat kau cerna... aku bicara padamu dalam diam,. rasakanlah... jangan kau terjemahkan dalam rangkaian kata, cukup nikmatilah... ini akan lama untuk dimengerti,aku tahu.. tapi diamku ini bernilai sama dengan semua hal indah yang pernah kau ucapkan seumur hidupmu...

TUHAN

Dan tiba-tiba aku terbangun dalam wujud Tuhan.. Tanpa cacat, tak bercela nan rupawan.. Sekelibat gairah menyentakku dalam angan, Menggenggam dunia semudah membalikkan telapak tangan.. Dan tiba-tiba kusadari bukan hanya aku yang berwujud Tuhan.. Ayahku, ibuku, teman-temanku, orang-orang yang lalu lalang di sekitarku ternyata adalah Tuhan.. Lalu tiap Tuhan akan membangun pilar-pilar kedigdayaan, Mencipta hukum Maha Dahsyat tak terlawan.. Dan Kami, para Tuhan, mulai bersabda; “ Wahai manusia, akulah sumber kebenaran, maka dengarkanlah.. Akulah sumber kesucian, maka jika kau bernoda enyahlah.. Akulah pemegang hokum tertinggi dank au tidak bisa menawar lagi.. Dan aku sumber pengampunan bagi tiap-tiap kesalahan..” Aku terkoyak dalam wujud Tuhanku.. Menyaksikan jutaan manusia berlomba menjadi Tuhan.. Haus keagungan dan penuh kemutlakan.. Mutlak benar.. mutlak tahu..mutlak suci..mutlak menang..dan mutlak atas segala perkara kehidupan.. Terlalu banyak Tuhan.. terlalu banyak kemutlakan.. terlalu banyak penghakiman.. Aku lelah dalam wujud Tuhanku, Karena Tuhan dan pengadilannya terlalu banyak untuk satu dunia.. Seolah tak kenal azab Sang Maha Tuhan, Dia yang mencipta para Tuhan.. Dalam wujud Tuhanku, aku bergidik ketakutan… -Novita- November 2008 In my lonely road that I’ve chosen..

Minggu, 02 September 2012

2012 is almost over! *glek

For God Sake... It's 2012, and it's almost over *glek Terakhir kali saya menulis di blog ini adalah taun 2009 which is a decade ago ;) How come time flies like this! Duluuu, saya bisa stres kalo gak nulis seharii aja.. Sekarang, rasanya justru susah mau mulai nulis lagi. Okey, maybe i'll start with some light issues ya. Saya udah lama gak nulis yang 'berat-berat' sejak tesis, ahahaha Saya pengen nulis lagi. Kalimat itu over and over again muncul di benak saya. Tapi ya itu, cuma sekedar 'mampir' di pikiran and never turn into action. Banyaakkk hal yang bisa diidentifikasi mengenai kemandekan saya dalam menulis ini. Yang pertama, faktor studi. Sejak ambil S2 di UGM 2 taun yang lalu praktis hari-hari saya diisi dengan tugas, tugas, dan tugas. No time to read some books, apalagi buat nulis hal-hal yang ga berkaitan dengan kuliah. Tapi hasilnya adalah saya bisa lulus cepat (yey!) dan cum laude (yeyeyy!). Makanya banyak orang yang bilang keberhasilan itu ditentukan dari fokus. Tapi yang saya rasakan, selama kuliah kemarin bener2 gersang deh. Ga bisa baca buku2 bagus diluar buku kuliah, nggak bisa punya banyak waktu untuk nulis termasuk riset kecil-kecilan sebelum nulis sesuatu. Kemarau banget deh! Yang kedua, faktor pacaran. Kinda silly sebenarnya faktor kedua ini. Tapi bener lho ada impact nya pada produktivitas menulis, hehehe. Saya garis bawahi ya, faktornya adalah PACARAN bukan PACAR. karena pacar saya soo kindhearted. Dia juga sangat open-minded. I adore him so much :) Tapi yang namanya pacaran pasti menyita waktu luang juga. Buat jalan-jalan, makan bareng, telpon dll. It steals your time for good, actually ;D Basically, semua ini tetaplah salah saya yang ga bisa multi tasking. Sampai jumpa di tulisan-tulisan saya selanjutnya Regards.

Sometimes we walk..sometimes we runaway..from life..But whatever happens do, we still holdin on something..Reality bites hard, but it would never break us..